Ini Fakta di Balik Cortisol Face yang Bikin Wajah Bengkak Mirip Bulan Purnama

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, istilah 'cortisol face' sedang ramai diperbincangkan di media sosial, merujuk pada kondisi wajah yang tampak bengkak dan bulat. Kondisi ini sering dikaitkan dengan kadar hormon kortisol yang tinggi di dalam tubuh. Namun, apakah benar semua wajah bengkak adalah 'cortisol face'?

Secara medis, fenomena pembengkakan wajah ini lebih dikenal sebagai 'moon facies' atau 'moon face', yang ditandai dengan penumpukan lemak di area wajah. Pembengkakan ini dapat membuat wajah terlihat seperti bulan purnama, bahkan sampai menutupi telinga jika dilihat dari depan. Penting untuk memahami perbedaan antara pembengkakan wajah biasa dengan 'cortisol face' yang memiliki implikasi kesehatan lebih serius.

Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu 'cortisol face', penyebab utamanya, gejala yang menyertainya, serta langkah-langkah efektif untuk mengatasinya. Dengan informasi yang akurat, Sahabat Fimela dapat lebih bijak dalam mengenali dan menangani kondisi ini.

'Cortisol face' adalah istilah non-medis yang populer untuk menggambarkan pembengkakan dan pembulatan pada wajah, yang diyakini disebabkan oleh tingginya kadar kortisol. Kondisi ini seringkali membuat wajah tampak lebih berisi di area pipi dan rahang. Meskipun populer, secara medis, kondisi ini lebih dikenal sebagai 'moon facies' atau 'moon face'.

'Moon facies' adalah istilah medis yang merujuk pada penumpukan timbunan lemak di sisi wajah, menciptakan tampilan wajah yang bulat dan bengkak. Pembengkakan ini bisa sangat signifikan sehingga telinga mungkin tidak terlihat dari depan. Sementara 'facial plethora' adalah istilah untuk peningkatan aliran darah ke wajah yang juga menyebabkan pembengkakan.

Beberapa sumber membedakan 'cortisol face' sebagai pembengkakan sementara akibat stres yang bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup, sedangkan 'moon face' adalah gejala kondisi medis yang lebih serius seperti Sindrom Cushing. Namun, banyak praktisi menggunakan kedua istilah ini secara bergantian untuk merujuk pada kondisi wajah bengkak akibat kortisol tinggi.

Penyebab utama dari 'cortisol face' atau 'moon facies' adalah kadar kortisol yang tinggi secara berkepanjangan. Ada beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan kadar hormon stres ini dalam tubuh, yang perlu Sahabat Fimela ketahui.

Salah satu penyebab paling umum adalah penggunaan kortikosteroid jangka panjang, seperti prednison. Obat-obatan ini diresepkan untuk berbagai kondisi, mulai dari penyakit autoimun, kelainan darah, kanker, hingga penyakit radang dan kulit. Penggunaan steroid dalam waktu lama dapat memengaruhi kelenjar adrenal, memicu pelepasan kortisol berlebihan, yang berujung pada penambahan berat badan dan retensi air. Menurut Cleveland Clinic, penggunaan steroid jangka panjang umumnya menyebabkan sindrom Cushing.

Selain itu, Sindrom Cushing sendiri merupakan kondisi hormonal serius yang ditandai oleh kadar kortisol berlebihan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh tumor pada kelenjar pituitari atau adrenal, atau tumor lain yang memproduksi hormon adrenokortikotropin (ACTH). Cleveland Clinic menyatakan bahwa ketika tubuh memproduksi terlalu banyak kortisol, itu dapat menyebabkan sindrom Cushing, yang dikenal sebagai fasies Cushingoid atau penampilan Cushingoid. Depresi, malnutrisi, dan masalah penggunaan alkohol juga dapat menyebabkan pseudo-Cushing's syndrome.

Stres kronis juga berperan penting. Meskipun stres sehari-hari mungkin tidak cukup, stres yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan kadar kortisol tinggi yang berkepanjangan. Stres mengaktifkan sinyal yang mendorong kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Dr. Jolene Brighten menjelaskan bahwa 'cortisol face' adalah pembengkakan di pipi, garis rahang, dan bawah mata yang disebabkan oleh kadar kortisol tinggi dari stres, obat-obatan, atau ketidakseimbangan hormonal. Kondisi medis lain seperti hipotiroidisme juga dapat menjadi pemicu 'moon face'.

Gejala utama 'cortisol face' adalah wajah yang bengkak dan bulat, khususnya di pipi, garis rahang, dan bawah mata, akibat penumpukan lemak. Namun, ada beberapa gejala lain yang mungkin menyertai kondisi ini, yang menunjukkan kadar kortisol tinggi:

• Wajah kemerahan (facial flushing atau facial plethora).
• Peningkatan minyak atau jerawat pada kulit.
• Kulit menipis dan mudah memar.
• Garis halus dan kerutan yang lebih jelas.
• Pembengkakan di sekitar mata atau garis rahang.
• Perubahan warna kulit yang tiba-tiba, kusam, atau bercak-bercak.
• Penambahan berat badan di bagian tengah tubuh (obesitas sentral) dan punuk lemak di antara bahu (buffalo hump).
• Kelelahan parah dan masalah tidur (insomnia).
• Tekanan darah tinggi, kelemahan otot, dan sakit kepala.
• Masalah memori dan konsentrasi (brain fog).
• Gula darah tinggi atau diabetes tipe 2.
• Tanda regangan merah keunguan (striae) pada kulit.
• Pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita (hirsutisme) dan menstruasi tidak teratur.
• Perubahan suasana hati, iritabilitas, depresi, dan kecemasan.

Mengatasi 'cortisol face' berarti menangani penyebab yang mendasarinya dan mengadopsi perubahan gaya hidup sehat. Jika disebabkan oleh Sindrom Cushing atau hipotiroidisme, pengobatan kondisi tersebut akan mengurangi gejala. Cleveland Clinic menyarankan bahwa jika Sindrom Cushing atau hipotiroidisme menyebabkan moon face, penyedia layanan kesehatan akan mengobatinya sebagai bagian dari kondisi Anda. Pengobatan Sindrom Cushing bisa meliputi obat resep, operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi, sementara hipotiroidisme biasanya diobati dengan levothyroxine.

Jika penggunaan kortikosteroid menjadi penyebabnya, dokter mungkin akan mengurangi dosis atau mengganti obat. Penting untuk tidak menghentikan penggunaan steroid secara tiba-tiba tanpa konsultasi medis. Cleveland Clinic menyatakan, jika prednison atau kortikosteroid lain menyebabkan kondisi tersebut, penyedia layanan kesehatan Anda dapat mengurangi dosis Anda.

Perubahan gaya hidup juga sangat krusial untuk mengurangi kadar kortisol:

• Manajemen Stres: Lakukan teknik menenangkan seperti pernapasan dalam (4-7-8), yoga, meditasi, atau menulis jurnal. Menghabiskan 15–20 menit di alam juga dapat menurunkan kortisol secara alami, seperti yang disarankan oleh Dr. Jolene Brighten.
• Tidur yang Cukup dan Berkualitas: Tidur sangat penting untuk mengatur kortisol. CBS News menekankan pentingnya mendapatkan tidur yang berkualitas.
• Diet Sehat dan Seimbang: Kurangi asupan garam untuk mengurangi retensi cairan dan minum lebih banyak air untuk mencegah dehidrasi. Cleveland Clinic menyarankan untuk minum lebih banyak air dan mengurangi asupan garam. Konsumsi makanan anti-inflamasi seperti omega-3, antioksidan, dan sayuran berwarna-warni. Hindari gula dan karbohidrat olahan.
• Olahraga Teratur: Gerakan lembut seperti yoga, berjalan kaki, atau tai chi dapat menurunkan hormon stres dan meningkatkan sirkulasi, seperti yang dijelaskan oleh Women's Health Network.
• Suplemen (dengan konsultasi dokter): Beberapa suplemen seperti Ashwagandha, Rhodiola, L-theanine, Phosphatidylserine, Vitamin C, vitamin B-kompleks, dan magnesium dapat membantu. SiPhox Health menyebutkan Ashwagandha dapat mengurangi kortisol hingga 30%.
• Menghindari Alkohol: Konsumsi alkohol adalah salah satu kontributor terbesar wajah bengkak, menurut Dr. Shereene Idriss.

Sahabat Fimela, jika Anda khawatir tentang kadar kortisol atau mengalami pembengkakan wajah yang persisten, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan tes awal seperti tes urine, darah, dan air liur, serta pemindaian pencitraan kelenjar adrenal dan pituitari untuk mencari tumor atau kelainan.

'Cortisol face' atau 'moon facies' biasanya dapat kembali normal setelah kadar kortisol kembali stabil. Namun, jika disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka panjang atau Sindrom Cushing yang tidak diobati, beberapa perubahan mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh sepenuhnya. Intervensi dini dan penanganan penyebab utama meningkatkan kemungkinan pemulihan total. Jangan biarkan kekhawatiran ini berlarut-larut, segera cari bantuan profesional untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.