Belajar Mencintai Wajah Alami ala Anggun C Sasmi, Ini Alternatif Perawatan Kulit Anti-Aging Tanpa Botox dan Filler

5 days ago 28

Fimela.com, Jakarta Baru-baru ini, Anggun C. Sasmi membagikan potret dirinya di usia 51 tahun yang memukau tanpa bantuan botox atau filler. Dalam caption unggahannya, penyanyi kelahiran Jakarta ini dengan bangga menegaskan bahwa ia memilih merawat wajah secara alami, tanpa prosedur invasif.

“51 years on earth. No Botox, no fillers. I embrace my wrinkles and my imperfections. It’s the face my parents gave me, I see them whenever I see myself. I take care of my face as best as I can.  It has smiled and cried with me throughout the years. I make it beautiful, I make it pleasant. But beyond everything, I make it honest 🙏🏽,” tulis Anggun C. Sasmi di akun Instagramnya @angguncipta.

Unggahan tersebut langsung menarik perhatian publik, bukan hanya karena keberanian Anggun tampil apa adanya, tetapi juga sebagai bentuk perlawanan terhadap standar kecantikan masa kini yang kerap mengandalkan suntikan sebagai jalan cepat awet muda.

Di tengah tren kecantikan yang semakin menggandrungi botox dan filler, bahkan pada usia muda, sikap Anggun membuka ruang diskusi penting: Apakah prosedur suntik benar-benar solusi terbaik untuk melawan penuaan? Atau adakah alternatif yang lebih aman namun tetap efektif?

Tren Botox di Usia Muda yang Mengkhawatirkan Para Dermatolog

Botox dan filler kini sudah menjadi “standar baru” dalam dunia kecantikan untuk melawan tanda-tanda penuaan. Namun, sejumlah dermatolog internasional mengingatkan, penggunaan yang berlebihan dan sejak usia muda bisa menimbulkan risiko serius.

“Penggunaan Botox berulang dalam jangka panjang dapat menyebabkan atrofi otot wajah,” jelas Dr. James Zins dari Cleveland Clinic. Meski efek otot melemah ini bersifat reversibel, ada perubahan kontur wajah yang harus dipertimbangkan.

Dr. Michelle Hure, dermatologis dari California, menambahkan, “Botox pencegahan pada usia 20-an lebih banyak didorong oleh pemasaran daripada kebutuhan medis. Banyak pasien muda yang justru mengalami kecemasan penuaan yang belum tentu terjadi,” ujar dia.

Kemudian Dr. Saleena Zimri dari Skin Doctor Clinics di Inggris mengingatkan bahwa penggunaan Botox terlalu dini dapat menyebabkan resistensi antibodi, yang membuat Botox tidak efektif ketika benar-benar dibutuhkan.

Di samping itu, botox tidak hanya memengaruhi fisik, tapi juga persepsi diri.”Botox pencegahan di usia 20-an mungkin lebih berkaitan dengan strategi pemasaran daripada kebutuhan medis,” ujar Dr. Michelle Hure, dikutip dari Vox. Ia menyoroti munculnya fenomena ‘persepsi wajah ideal’ yang berubah karena terlalu dini menggunakan prosedur kosmetik.

Dampak Medis Jangka Panjang Suntikan Botox & Filler

Penggunaan botox dan filler mungkin terlihat seperti solusi cepat untuk melawan tanda-tanda penuaan, namun para ahli medis memperingatkan adanya risiko jangka panjang yang tak bisa diabaikan. Botox, misalnya, bekerja dengan cara melumpuhkan otot-otot kecil di wajah yang memicu terbentuknya kerutan.

 Meskipun hasilnya bisa bertahan selama 3 hingga 4 bulan, penggunaan rutin dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan atrofi otot, yakni melemahnya otot karena tidak digunakan, yang pada akhirnya memengaruhi bentuk wajah secara permanen. 

Efek lainnya termasuk ekspresi wajah yang menjadi kaku atau tak alami, yang dikenal dengan istilah “frozen face”. Menurut sejumlah penelitian dermatologis, botox juga bisa menimbulkan resistensi antibodi yang membuat efektivitasnya menurun dari waktu ke waktu. Bahkan, dalam beberapa kasus, pengguna dapat mengalami ketergantungan psikologis akibat tekanan sosial dan keinginan mempertahankan penampilan muda.

Sementara itu, filler yang umumnya menggunakan bahan dasar asam hialuronat bertujuan menambah volume pada area wajah yang mengalami penurunan elastisitas. Namun, filler bukan tanpa risiko. Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah migrasi, yaitu perpindahan filler ke area wajah yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa menyebabkan ketidakseimbangan kontur wajah. 

Tak hanya itu, tubuh bisa merespons filler sebagai zat asing dan membentuk nodul atau granuloma, benjolan kecil akibat reaksi imun. Efek samping yang lebih serius melibatkan penyumbatan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kebutaan. Penggunaan filler yang berlebihan juga bisa membuat wajah tampak berat dan kulit menjadi kendur, terutama ketika bahan filler menumpuk seiring waktu.

Alternatif Non-Invasif yang Aman dan Terbukti

Bagi mereka yang ingin menghindari risiko suntikan namun tetap ingin merawat kulit agar tampak muda dan sehat, para ahli menyarankan pendekatan yang lebih alami dan minim risiko. Salah satunya adalah microneedling, yaitu prosedur menggunakan jarum mikro untuk merangsang produksi kolagen alami.

Pilihan lainnya termasuk terapi radiofrekuensi dan ultrasound seperti Ultherapy yang menargetkan lapisan dalam kulit untuk merangsang kolagen dan memberikan efek pengencangan. Metode ini terbukti secara klinis aman dan efektif dalam jangka panjang.

Kandungan Skincare untuk Perlambat Penuaan

Selain prosedur, penggunaan skincare dengan kandungan aktif juga menjadi andalan banyak dermatolog. Retinol, misalnya, dikenal luas sebagai bahan anti-aging paling efektif. “Retinoids are the most proven ingredients for reducing signs of aging,” ujar Dr. Shari Marchbein, seperti dikutip dari Allure. Produk lokal seperti Avoskin Miraculous Retinol Ampoule, Somethinc Level 1% Retinol, dan True to Skin Retinol Barrier Cream menawarkan formulasi yang ramah untuk pemula hingga pengguna lanjutan.

Kandungan peptida juga menjadi bintang dalam dunia anti-aging. Produk-produk lokal seperti Avoskin Your Skin Bae Peptide + Copper dan Y.O.U Biomecera Advanced Booster Serum mengombinasikan peptida dengan bahan penunjang lain untuk hasil maksimal.

Niacinamide, yang sering disebut sebagai “si serba bisa” dalam skincare, juga tak kalah penting. “Niacinamide is a great all-rounder—it helps with pigmentation, texture, and fine lines,” kata Dr. Joshua Zeichner kepada Healthline. Produk seperti Somethinc Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum dan The Aubree Niacinamide Skin Booster menjadi pilihan yang aman dan terjangkau.

Untuk perlindungan sekaligus pencerahan kulit, vitamin C juga sangat dianjurkan. “Vitamin C can brighten skin, reduce pigmentation, and protect from UV damage,” jelas Dr. Michele Farber dalam wawancara dengan Today. Beberapa produk lokal favorit termasuk Avoskin Your Skin Bae Vitamin C 3% + Niacinamide dan Skintific 10% Vitamin C Brightening Serum.

Hyaluronic acid juga penting untuk menjaga kelembapan dan volume kulit. “Hydration is key to making skin look youthful and supple,” ujar Dr. Whitney Bowe dalam wawancara dengan Byrdie. Produk seperti Somethinc Hyaluronic B5 Serum dan Whitelab Hydrating Face Serum dengan HyaluComplex-10 bisa menjadi pilihan tepat.

Bagi pemilik kulit sensitif yang tidak cocok dengan retinol, bakuchiol bisa menjadi alternatif yang menjanjikan. “Bakuchiol offers many of the same benefits as retinol, without the same risk of irritation,” ujar Dr. Debra Jaliman, dikutip dari CNN Underscored. Di Indonesia, kandungan ini dapat ditemukan dalam True to Skin Bakuchiol Skin Booster dan Azarine Bakuchiol Miracle Facial Serum.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Beauty |