Dehidrasi Kulit di Cuaca Panas, Mengapa Tetap Haus Meski Berkeringat?

1 week ago 19

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, pernahkah kamu merasa kulit tetap kering dan kusam walau tubuh sudah berkeringat deras di tengah cuaca panas? Fenomena ini seringkali membingungkan banyak orang. Kondisi ini dikenal sebagai dehidrasi kulit di cuaca panas, di mana kulit kehilangan kelembapan esensialnya.

Meskipun keringat membuat kulit terasa lembap, proses ini justru dapat mempercepat hilangnya hidrasi kulit. [cite: Westlake Dermatology] Ini terjadi karena berbagai mekanisme kompleks pada permukaan kulit kita. Memahami mengapa kulit tetap "haus" sangat penting untuk perawatan yang tepat.

Artikel ini akan mengupas tuntas alasan di balik dehidrasi kulit di cuaca panas. Kita juga akan membahas pandangan para ahli dan faktor-faktor lain yang berkontribusi. Mari kita jaga kulit tetap sehat dan terhidrasi optimal.

Mengapa Kulit Tetap Dehidrasi Meski Berkeringat?

Proses berkeringat, meskipun bertujuan mendinginkan tubuh, secara paradoks dapat memicu dehidrasi kulit. Ketika keringat menguap dari permukaan kulit, ia juga dapat menarik kelembapan esensial dari kulit. [cite: Stamina Cosmetics, YouTube] Hal ini meninggalkan kulit dalam kondisi dehidrasi dan lebih rentan terhadap iritasi, kemerahan, serta penuaan dini. [cite: Stamina Cosmetics]

Selain itu, keringat mengandung garam. Saat keringat mengering di kulit, kristal garam ini dapat menarik kelembapan dari kulit, menyebabkan dehidrasi lebih lanjut. [cite: Olivespa, Stamina Cosmetics] Efek penarikan kelembapan ini diperparah jika kulit tidak segera dibersihkan setelah berkeringat.

Keringat juga dapat mengganggu lapisan pelindung alami kulit atau skin barrier. Perubahan pH dan kandungan garam dalam keringat dapat mengubah mikrobioma kulit, memicu iritasi dan kekeringan. [cite: Stamina Cosmetics] Jika keringat terlalu lama menempel, ia dapat menghilangkan minyak alami kulit dan melemahkan kemampuannya untuk mempertahankan kelembapan. [cite: Stamina Cosmetics] Lapisan kulit yang rusak akan kehilangan kemampuannya untuk mengatur hidrasi. [cite: Mindful Beauty, 2]

Di cuaca panas, air menguap dari kulit lebih cepat, terutama di lingkungan yang panas, kering, atau berangin. Proses ini dikenal sebagai kehilangan air transepidermal (TEWL). [cite: SLMD Skincare] Jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup atau perawatan kulit yang tepat, kulit dapat menjadi dehidrasi. [cite: SLMD Skincare, 2]

Tanggapan Ahli Dermatologi tentang Hidrasi Kulit

Para ahli dermatologi dari berbagai institusi internasional memberikan pandangan serupa mengenai fenomena dehidrasi kulit di cuaca panas ini.

  • American Academy of Dermatology (AAD) memperingatkan bahwa dehidrasi merusak skin barrier, membuat kulit lebih rentan terhadap agresor lingkungan seperti polusi dan sinar UV. [cite: Westlake Dermatology, 1, 2, 3, 4]
  • Menurut Dr. Madalyn Nguyen, seorang dermatolog bersertifikat, cuaca panas mempercepat hilangnya air melalui keringat, yang menyebabkan kulit dehidrasi. Kulit yang dehidrasi akan tampak kusam, kasar, dan lebih rentan terhadap garis-garis halus. [cite: Westlake Dermatology, 8, 9, 10, 12]
  • Dr. Sandra Lee (Dr. Pimple Popper) menyatakan bahwa dehidrasi membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan dan dapat membuat garis-garis halus serta kekusaman lebih terlihat. [cite: SLMD Skincare]
  • Kelly dari Stamina Cosmetics menjelaskan bahwa keringat dapat meningkatkan risiko infeksi kulit dengan merusak skin barrier alami, memungkinkan bakteri dan jamur menembus lebih dalam, serta menciptakan lingkungan yang hangat dan lembap untuk pertumbuhan mereka. [cite: Stamina Cosmetics]
  • Dr. Mara Weinstein Velez, UR Medicine Dermatologist, menekankan bahwa hidrasi sangat penting tidak hanya untuk kesehatan secara keseluruhan tetapi juga untuk menjaga kulit tetap indah. Di musim panas, tubuh kehilangan lebih banyak air melalui keringat, sehingga sangat penting untuk tetap terhidrasi sepanjang hari. [cite: University of Rochester Medical Center, 14, 15, 16, 25, 26]

Faktor Lain Pemicu Dehidrasi Kulit di Cuaca Panas

Selain keringat, beberapa faktor lain di cuaca panas juga dapat menyebabkan kulit dehidrasi, Sahabat Fimela. Memahami faktor-faktor ini membantu kita mengambil langkah pencegahan yang lebih komprehensif.

Paparan Sinar Matahari yang berkepanjangan dapat merusak skin barrier alami kulit, menyebabkan hilangnya air. Sinar UV dapat memecah kolagen, mempercepat penuaan, dan meningkatkan risiko kanker kulit. [cite: Olivespa, 3, 8] Oleh karena itu, penggunaan tabir surya menjadi sangat krusial.

Penggunaan Pendingin Ruangan (AC) juga berkontribusi pada dehidrasi. Lingkungan ber-AC mengurangi tingkat kelembapan udara, yang dapat menarik kelembapan dari kulit dan menyebabkan kekeringan. [cite: Westlake Dermatology, 10, 12, 13] Menjaga kelembapan ruangan dengan humidifier atau menggunakan pelembap kulit secara rutin dapat membantu.

Sering Berenang, terutama di kolam berklorin atau air asin, dapat menghilangkan minyak alami kulit. Klorin dan garam menarik air dari permukaan kulit, yang mengakibatkan dehidrasi. [cite: Olivespa] Penting untuk segera membilas tubuh dan mengaplikasikan pelembap setelah berenang.

Terakhir, Mandi Air Panas terlalu sering atau terlalu lama juga dapat menghilangkan minyak alami kulit dan menyebabkan dehidrasi. [cite: Continental Hospitals, 3, 17, 18] Sebaiknya gunakan air dengan suhu suam-suam kuku dan batasi durasi mandi untuk menjaga kelembapan kulit.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Beauty |