Kematian Mendadak Barbie Hsu di Usia 49 Tahun: Perawatan Kulit Ekstrem Diduga Pemicu?

Fimela.com, Jakarta Dunia hiburan Taiwan dan penggemar global dikejutkan oleh kabar duka. Aktris dan penyanyi ikonik, Barbie Hsu, dikabarkan meninggal dunia pada 2 Februari 2025. Ia berpulang di usia 49 tahun, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan juga sang suami, Koo Jun Yup atau DJ Koo.

Kematian mendadaknya disebut akibat komplikasi flu yang serius. Namun, banyak spekulasi muncul terkait gaya hidup dan perawatan kecantikan ekstremnya selama bertahun-tahun. Praktik-praktik ini diduga mempercepat kondisi kesehatannya memburuk.

Peristiwa ini menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media, memicu diskusi tentang standar kecantikan. Kisah Barbie Hsu mengingatkan kita akan bahaya obsesi kecantikan. Kesehatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap pilihan gaya hidup, Sahabat Fimela.

Sejak awal kariernya, Barbie Hsu dikenal memiliki obsesi mendalam terhadap kulit pucat. Sutradara Wong Jing, dalam sebuah siaran langsung, mengenang bagaimana Barbie Hsu, yang secara alami berkulit gelap, melakukan berbagai upaya ekstrem. Ia bertekad untuk memutihkan kulitnya demi memenuhi harapan publik dan industri hiburan.

Disiplin diri yang ketat ini seringkali mengabaikan dampak jangka panjang terhadap kesehatannya. Pada tahun 2004, ia bahkan menerbitkan buku panduan kecantikan berjudul The Queen of Beauty. Buku ini berisi rutinitas perawatan kulit dan dietnya yang sangat ketat, yang terjual lebih dari 100.000 eksemplar dan menginspirasi banyak perempuan muda.

Namun, metode keras yang diuraikan dalam buku tersebut sulit ditiru dengan aman. Banyak yang berspekulasi bahwa perawatan kulit yang turut picu kematian Barbie Hsu adalah akumulasi dari praktik-praktik ekstrem ini. Obsesinya terhadap kulit cerah menjadi sorotan utama dalam diskusi pasca-kematiannya.

Barbie Hsu dilaporkan menghindari paparan sinar matahari secara total, bahkan mengenakan pakaian berlengan panjang di musim panas. Ia juga mengoleskan hingga empat lapis tabir surya selama sepuluh hari berturut-turut. Pola makannya pun sangat ketat, menghindari makanan berwarna gelap yang diyakini dapat membuat kulitnya lebih gelap.

Yang lebih berbahaya, ia bereksperimen dengan suntikan antikoagulan untuk mendapatkan kulit yang lebih pucat. Praktik ini sangat berisiko, karena dapat membuat tubuhnya sangat rentan terhadap memar atau pendarahan. Bahkan luka ringan pun bisa menyebabkan komplikasi serius.

Para ahli kesehatan telah lama memperingatkan tentang efek samping perawatan pemutihan kulit ekstrem. Penggunaan bahan kimia berbahaya atau prosedur invasif tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan kerusakan organ dan masalah kesehatan serius. Kasus Barbie Hsu menjadi pengingat nyata akan bahaya ini.

Kisah Barbie Hsu memberikan pelajaran penting tentang tekanan industri hiburan dan bahaya mengejar standar kecantikan yang tidak realistis. Tekanan publik untuk memiliki bentuk tubuh dan warna kulit tertentu dapat mendorong seseorang melakukan hal-hal ekstrem. Hal ini seringkali mengesampingkan kesehatan jangka panjang.

Meskipun ia mencapai popularitas besar, harga yang dibayar untuk obsesi kecantikannya mungkin terlalu mahal. Kematian mendadak Barbie Hsu di usia 49 tahun menjadi pengingat tragis. Ini menekankan pentingnya pendekatan yang seimbang terhadap kecantikan dan kesehatan holistik.

Sahabat Fimela, penting untuk selalu memprioritaskan kesehatan fisik dan mental di atas segalanya. Mencari kecantikan sejati adalah tentang merawat diri dengan cara yang aman dan berkelanjutan. Bukan dengan mengorbankan kesejahteraan diri demi standar eksternal.